Pendahuluan

Di dalam sebuah tim, semua orang biasanya sudah mempunyai tugas masing-masing.

Bahkan di tim Agile yang notabena adalah Cross Functional Team, masing-masing memiliki porsi sendiri sendiri ketika mengerjakan sebuah tugas secara sendirian atau secara berkelompok.

Paling “hanya” role nya saja yang bertukar-tukar, sesuai dengan kapasitas fungsional yang dimiliki oleh anggota tim tersebut.

Porsi ini dikolaborasikan agar bisa mencapai Goal dari tim, baik Goal untuk Sprint, atau Goal secara lebih luas.

Goal yang kita rencanakan itu biasanya dalam bentuk User Story, yaitu sesuatu yang diinisiasi oleh user/customer dan stakeholder.

Kita terkadang melupakan hal-hal teknikal yang membantu tim dalam mendeliver User Story tersebut, tetapi tidak bisa dimasukkan ke dalam bagian User Story.

Porsi teknikal inilah juga yang bisa membantu tim agar bisa lebih efektif dan efisien dalam mendeliver value di masa mendatang.

Hal teknikal tersebut biasanya disebut sebagai :

Enablers


Apa itu enablers ?

Istilah Enablers ini sebenarnya dikenal di beberapa konsep dan metodologi Agile.

Tetapi cukup terkenal pertama kali karena didefinisikan di Framework SAFe (Scaled Agile Framework).

Secara umum, Enabler ini berarti proses teknis yang ditambahkan selain dari User Story yang diduga bisa membantu tim mendeliver value lebih efektif dan efisien.

Misalnya :

  • memperbaiki infrastruktur untuk proses deployment environment, dengan memakai CI/CD.
  • product backlog refinement, misalnya dengan diskusi dan meeting terkait product backlog.
  • perubahan arsitektur teknis dari aplikasi untuk mengantisipasi request yang semakin banyak.
  • memperkuat sistem secara security untuk pencegahan resiko peretasan dan kerentanan security.
  • membuat otomasi sistem untuk hal-hal yang berulang.
  • melakukan upgrade library dan versi dari tools yang kita gunakan dalam bekerja agar tetap selaras dengan market.
  • dokumentasi, riset, prototyping, compliance secara teknikal.
  • dll.

Proses teknikal seperti diatas kebanyakan tidak secara langsung berefek ke User Story.

Kebanyakan lebih kepada hal-hal bersifat teknis diluar User Story.

Walaupun ada juga yang langsung, seperti Product Backlog Refinement.

Walaupun tidak langsung, akan tetapi efeknya akan terasa di masa mendatang, atau dalam waktu dekat.

Inilah yang disebut sebagai Enablers


Enabler di SAFe (Scaled Agile Framework)

Kalau kita lihat, di Framework Agile SAFe (Scaled Agile Framework), maka ada 4 tipe dari Enablers ini :

  • exploration, lebih kepada eksplorasi tentang desain aplikasi dan requirement, POC, dll.
  • architectural, lebih kepada teknikal terkait dengan pilihan sistem arsitektural.
  • infrastructure, lebih kepada infrastruktur deployment dan development, seperti CI CD, Scripting, dll.
  • Compliance, lebih kepada dokumentasi, compliance, agreement, dll.

Apa keuntungan dari Enablers ini

Enablers ini tidak secara langsung berefek kepada User Story seperti yang kita bahas diatas.

Akan tetapi mempermudah agar User Story sekarang dan masa akan datang bisa dideliver dengan lebih efektif dan efisien.

Selain itu, tentu saja ada manfaat lainnya, seperti :

  • menurunkan resiko yang mungkin saja terjadi di masa datang.
  • membuat tim bisa belajar dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan tim.
  • tetap comply dengan standar, baik standar regulasi maupun dari sisi teknikal.
  • memudahkan dalam transfer ilmu, learning curve.
  • dll