Cari karyawan IT kok susah ya ?

Dari 30 yang kita undang, cuma 20 yang mau datang.
Dari 20 yang mau datang, cuma 5 yang memenuhi syarat.
Dari 5 yang memenuhi syarat, cuma 2 yang bisa lolos interview.
dan ke dua-duanya ternyata sudah diambil sama perusahaan lain sebelum kita offering :)


Pernah mengalami hal diatas ? Tentu sajaa..

Dimana salahnya ?

Tidak salah siapa-siapa.

Pasti hal ini karena tidak ada kecocokan pastinya diantara kandidat dan perusahaan/organisasi.

Salah satunya mungkin di tahapan interview.

Dan ketidakcocokan itu bukan saja karena tidak cocok skill, budget, atau budaya, akan tetapi bisa saja persepsi dan kesan pertama mengenai masing-masing pihak sudah negatif dan membuat salah satu atau kedua pihak tidak melanjutkan ke tahap selanjutnya.


Apa ? tahapan interview ??

Iya, tahapan interview.

Perusahaan dan kandidat melakukan penjajakan dengan melakukan interview.

Setelah tentunya penjajakan melalui stalking data kandidat oleh perusahaan, atau cari informasi mengenai perusahaannya oleh kandidat.

Mirip sama kalau seseorang yang mau mencari pasangan hidup, perlu tahu dulu siapa dia, latar belakang hidupnya, pengalamannya sebelum itu, sedang dimana, bersama siapa, sedang melakukan apa..upss nggak sampai segitunya kali ya.

Yaah minimal perusahaan tahu kandidatnya cocok dengan kebutuhan perusahaan.

Apa yang butuh kecocokan itu cuma perusahaan saja ??

Tentu saja tidak..

Kandidat juga punya penilaian kecocokan mereka terhadap perusahaan, misalnya :

  • Apa saya akan cocok dengan budaya kerja disini ?
  • Gaji dan benefitnya sesuai dengan yang saya inginkan ?
  • Jenjang karir apa yang bisa saya jalani disini ?
  • Bagaimana masa depan perusahaan ke depannya ?
  • dll.

Banyak hal yang ada dalam pikiran kandidat ketika memutuskan untuk menerima undangan / offering sebuah lowongan kerja.

Salah satu cara paling tepat untuk mempertemukan 2 pihak yang berbeda ini adalah dengan interview.

Interview merupakan salah satu antarmuka/pintu utama baik dari perusahaan dan kandidat dalam mengenal satu sama lain.

Dari chat/email turun ke mata, dari mata turun ke hati, dari interview turun ke offering.

Begitulah siklusnya.


Terus ?

Di dalam interview, tidak hanya kecocokan skill, budget, dan budaya dari kedua belah pihak.

Interview juga akan menunjukkan jatidiri dari perusahaan dan jatidiri dari kandidat. Dan tidak jarang hal ini menjadi penyebab tidak dilanjutkannya tahapan rekruitmen.

Misalnya :

  • kandidat yang tidak datang tepat waktu tanpa alasan yang jelas, bisa dinilai sebagai orang yang tidak disiplin.
  • cara bicara kandidat yang tidak sopan, misalnya bisa menunjukkan arogansi dan kebanggaan atau ekspektasi yang berlebihan.
  • cara berpakaian yang seadanya, misalnya bisa menunjukkan ketidak seriusan kandidat dalam bertemu orang baru.
  • cara bicara kandidat yang mendominasi dan tidak menjawab to the point pertanyaan, menunjukkan tipikal kandidat yang suka ngeles dan berkilah.
  • dll

Apakah cuma jatidiri kandidat saja yang akan dinilai ?

Tentu saja tidak, kandidat pun akan menilai perusahaan dari cara interview nya , misalnya :

  • Tidak menjelaskan siapa yang melakukan interview, akan membingungkan kandidat dan membuat kandidat merasa tidak dihargai misalnya.
  • Bertanya dengan cara interogasi, menyudutkan kandidat, atau berkata dengan cara bullying bisa dinilai oleh kandidat bahwa perusahaan tersebut tidak tahu cara bertanya yang lebih etis.
  • Bertanya tanpa didahului dengan informasi mengenai kebutuhan skill, berapa lama waktu interview, dan hal terkait informasi pendahuluan bisa tidak menyenangkan bagi kandidat.
  • Tidak memberitahu berapa lama hasil keputusan interview disampaikan kembali kepada kandidat, membuat kandidat merasa di gantung dan di-php kan.
  • dll.

Lalu ?

Yaa, di dalam interview sebenarnya kedua belah pihak, yaitu Perusahaan dan kandidat adalah pihak yang saling membutuhkan.

Perusahaan butuh kandidat untuk mengerjakan pekerjaan yang direncanakan oleh Perusahaan untuk memajukan perusahaannya.

Kandidat membutuhkan gaji, kompensasi, pengalaman untuk meningkatkan kehidupan, koneksi, skill, atau passionnya.

Dua-duanya saling membutuhkan.

Sehingga pola pikir yang dibangun ketika interview adalah mencari kecocokan, daripada membangun pola pikir satu pihak diatas pihak yang lain.

Pola pikir dalam interview, bahwa satu sama lain saling menghargai.

Perusahaan menghargai waktu yang telah diluangkan kandidat untuk datang interview, dan kandidat juga menghargai perusahaan yang telah mengundangnya.

Dengan prinsip ini, maka kesan dan persepsi antara kedua belah pihak tetap dalam kerangka positif dan setara, apakah nanti kandidat akan setuju pindah ke perusahaan dan perusahaan juga setuju, atau ditolak perusahaan, atau ditolak oleh kandidat.

Pola pikir ini juga menunjukkan bagaimana budaya di Perusahaan, atau bagaimana kebiasaan dan kebiasaan si kandidat.


Bagaimana contohnya perilaku yang berpola pikir setara ini?

Contohnya sederhana sekali, misalnya :



Untuk Kandidat :

  • Datang tepat waktu, kalau bisa sebelum jam interview, agar dapat mengatasi kalau ada kesalahan mengunjungi lantai, ruang, atau orang. Atau untuk persiapan administrasi lainnya. Atau kalau interview melalui aplikasi online, bisa untuk mengatasi masalah hak akses, koneksi atau pun berkaitan dengan administrasi online lainnya (seperti belum punya account/login)
  • Berpakaian sopan dan sesuai dengan standar interview di perusahaan. Kecuali memang di Perusahaan tersebut interview dilakukan secara casual dan santai. Atau dalam interview online, mungkin bisa lebih santai dan casual.
  • Perkenalkan diri, pekerjaan, dan pengalaman dengan singkat, jelas, dan padat.
  • Menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan, to the point dan tidak bertele-tele.


Untuk Perusahaan :

  • Mengucapkan terimakasih atas kedatangan kandidat.
  • Berbicara dengan menyebut nama kandidat, dibandingkan cuma kamu, you, atau elo gw. Kecuali mungkin kandidatnya sudah kita kenal sebelumnya.
  • Informasikan mengenai rentang waktu interview. Kalau orang menghargai waktu kita, maka kitapun akan menghargai waktu mereka.
  • Perkenalkan dengan singkat diri sebelum meng-interview kandidat. Bisa cuma dengan nama dan posisi, atau bisa lebih lengkap kalau memang diperlukan.
  • Informasikan mengenai garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan, tapi bukan detailnya. Ini menunjukkan bahwa perusahaan Anda mempersiapkan interview dengan baik.
  • Berikan kesempatan kepada kandidat untuk bertanya mengenai perusahaan Anda.

Sikap-sikap diatas adalah salah satu cara untuk membuat interview berjalan sehat dan kondusif.

Walaupun tentunya tidak kita pungkiri, banyak dan bisa jadi tidak masalah bagi beberapa orang dan perusahaan melakukan interview dengan cara yang sebaliknya.

Ada yang memang berniat seperti itu, sebagai salah satu strategi mereka, atau memang tidak terbiasa untuk melakukan/menjalani interview dengan cara positif.

Thats its.