Apa itu Micromanagement

Micromanagement adalah gaya kepemimpinan/pengorganisasion yang dilakukan secara berlebihan terhadap bawahan/level dibawahnya.

Kalau yang lebih tendensius nya ini :

“It’s more about your bosses’ level of internal anxiety and need to control situations than anything about you,” says Jenny Chatman, a professor of management at Haas School of Business at UC Berkeley who researches and consults on organizational culture.

Stop being micromanaged

artinya lebih kurang :

“Micromanagement adalah tentang kecemasan internal management untuk kebutuhan agar bagaimana mereka bisa mengendalikan apapun dari bawahannya dibanding memikirkan apa yang paling dibutuhkan para karyawannya,” oleh Jenny Chatman, seorang Profesor manajemen di Haas School of Business di UC Barkeley.

Berlebihan seperti apa ?

Contohnya dalam dunia kerja :

  1. Menuntut update terus menerus sebagai reporting..
    Ini bagi sebagian orang dianggap wajar. Akan tetapi masa sudah berubah dan tepian sudah bergeser.
    Gaya kepemimpinan ini bisa tetap berjalan di perusahaan-perusahaan tradisional, punya hirarki dan birokrasi tingkat tinggi, perusahaan keluarga, dan perusahaan dengan anggota yang masih muda dan fresh graduate.

    Tetapi di era sekarang yang gaya orang bekerja sudah berubah, rentang kemampuan orang juga sangat luas, dan perkembangan tren organisasi yang lebih flat, dimana efektifitas dan efisiensi menjadi pengatur arah dan proses transformasi perusahaan, gaya meminta update terus menerus dengan tujuan untuk reporting ini semakin lama semakin ditinggalkan.

    Bukannya meminta update ini salah, tetapi banyak gaya management yang lebih cocok dengan masa kekinian, seperti shared-responsibility team, peer working, dll, dimana yang difokuskan adalah kerjasama dan tanggung jawab bersama/tim.

  2. Selalu ingin tahu dimana bawahannya, dan sedang mengerjakan apa.
    Ini boleh dibilang gaya kolonial, boleh dibilang bawaan dari kolonial Belanda atau Jepang :).

    Tapi sebentar, ini memang terkadang tergantung situasi .

    Di perusahaan minyak, tambang, atau berada di lapangan, mungkin memang harus tahu dimana bawahannya, agar tidak tersesat dan bisa ditelusuri kalau terjadi sesuatu. Atau harus ditulis kegiatannya apa agar sesuai dengan prosedur SOP yang seharusnya dilakukan.

    Di perusahaan pengantaran/delivery, ya harus diketahui posisi driver nya ada dimana, sedang mengantar kemana, karena kalau tidak, bisa hilang barang yang diantar dan tidak bisa ditelusuri nantinya.

    Tetapi kalau di perusahaan atau organisasi IT, atau organisasi yang pekerjaannya dikantor atau didepan komputer, apakah akan cocok diterapkan pola seperti ini ?.
    Tentunya ini akan menambah tingkat stress dari karyawan yang sudah disibukkan dengan pekerjaannya sehari-hari.

  3. Tidak pernah puas dengan kinerja tim/bawahan, dan meminta semua hal harus berjalan sesuai dengan caranya..
    Mungkin ini merupakan hal yang membuat stress pada orang yang melakukan micromanagement ini dan juga pada bawahannya.

    Membuat segala sesuatunya menjadi sempurna sesuai dengan yang kita inginkan memang sebuah tujuan yang mulia. Tetapi mempercayai bawahan, memberikan bantuan dan saran, serta menghargai hasil jerih payah bawahan mungkin lebih mulia lagi.

    Tipe pimpinan yang perfeksionis dan berorientasi detil mungkin bisa jatuh dalam kategori ini.

  4. Mencegah orang lain membuat keputusan tanpa berkonsultasi dahulu kepada dirinya.. Hal ini mungkin merupakan sifat micromanagement tingkat dewa.

    Ketidak percayaaan terhadap keputusan bawahan berakibat kepada tidak berkembangnya karyawan dalam berkreatifitas. Tidak berkembangnya rasa saling mempercayai dan komunikasi dua arah.

    Padahal komunikasi dua arah dan adanya masukan, ide baru, dan kreatifitas baru menjadi amunisi penting bagi berkembangnya sebuah perusahaan dan organisasi.

Lalu apakah micromanagement itu buruk ?

Tentu tidak salah, karena itu adalah salah satu gaya kepemimpinan, yang boleh digunakan oleh siapapun yang merasa memimpin. Tetapi gaya itu sudah banyak ditinggalkan seiring dengan analisa terhadap gaya kepemimpinan tersebut. Tentunya dikaitkan juga dengan trend gaya kepemimpinan yang berkembang di masa sekarang, psikologi, dan proses beroperasinya sebuah organisasi atau perusahaan.