Pendahuluan

Bekerja dalam jumlah anggota tim yang terbatas, dengan jadwal yang padat, ditambah perubahan arah bisnis dan strategi yang kurang jelas/terlalu banyak dari management atau tim produk bisa jadi merupakan kondisi umum di beberapa perusahaan.

Hal ini bisa terjadi baik di perusahaan rintisan / startup, ataupun di perusahaan besar yang sudah stabil.

Tujuannya tentunya untuk bisa kejar-kejaran dengan pasar yang sedang diincar, dan ancaman keduluan dari kompetitor yang mengejar atau dikejar.

Kalau secara logika dan analisa singkat saja, kita akan melihat hal ini akan banyak terjadi di perusahaan startup.

Hal ini karena kebutuhan akan kecepatan dan kelincahan menjadi penentu bagi kelangsungan hidup perusahaan startup tersebut.

Hal ini merupakan tantangan, pekerjaan yang melelahkan, tapi bisa jadi sesuatu yang menyenangkan yang terjadi pada saat yang bersamaan. Pencapaian delivery sebuah produk dan fungsi aplikasi dalam waktu sempit dan terbatas bisa jadi merupakan prestasi sendiri dan mungkin saja dihargai dengan kenaikan gaji, karir, dan benefit yang bagus.

Solusi Awal

Biasanya solusi pertama yang hampir pasti dilakukan adalah dengan menambah waktu kerja atau istilahnya Overtime.

Kedengarannya Natural sekali !.

Dengan memaksa diri kita lebih banyak bekerja lagi 1-3 jam lebih lama dari jam normal setiap harinya, atau bekerja di akhir pekan, untuk menyelesaikan pekerjaan kita yang ada.

Perasaan kita akan merasa bahwa hal ini adalah pilihan tepat dan bukan waktu yang terbuang percuma.

Biasanya awalnya kita akan merasa penuh semangat, motivasi, dan juga harapan akan hasil yang bagus dan maksimal.

Apalagi kalau ternyata ada perasaan untuk menyelamatkan tenggat waktu deployment, menjadi penyelamat bagi tim dan menjadi pahlawan bagi perusahaan.

Kalau memang hanya dengan bekerja lebih lama dari jadwal seharusnya, maka seharusnya kita akan merasa untuk ambillah itu !.

Apakah solusi diatas menyelesaikan persoalan ?

Tentu saja, secara logika sederhana, menambah waktu kerja/overtime akan menyelesaikan masalah.

Tetapi Untuk Jangka Pendek !!

Masalahnya dimana ?

Masalahnya kalau overtime ini terjadi dalam waktu yang panjang.

Bekerja Overtime dalam jangka waktu yang panjang adalah salah satu pilihan buruk ketika digunakan dengan dalih meningkatkan produktifitas.

Bekerja dengan overtime terus menerus dengan jadwal yang padat bisa berakibat :

  • perasaan/ketahanan mental yang menurun.
  • kreatifitas yang berkurang.
  • konsentrasi yang berkurang.
  • sisi humanisme dan kejernihan berfikir yang tergerus.
  • depresi ditambah dengan pekerjaan yang makin lama makin menumpuk dan bertambah.

Efeknya bukan hanya kepada diri sendiri , akan tetapi juga berakibat kepada orang lain, seperti :

  • konflik antara tim dan orang.
  • memunculkan emosi yang tidak terkendali, baik marah, sinis, tidak mau diganggu.
  • membandingkan atau bisa jadi membenci orang lain yang tidak bekerja sekeras dan selama Anda.
  • membenci pekerjaan yang awalnya Anda senangi atau orang yang memberi Anda tugas.

Dan parahnya lagi, kalau sudah sampai ke level tingkat tingginya, maka yang terjadi adalah :

  • Anda mulai kelimpungan, bingung, dan mulai membenci pekerjaan yang Anda mulai, dan satu-satunya cara untuk menekan perasaan ini biasanya adalah dengan cara bekerja lebih keras lagi.

Dan kalau sudah sampai pada tahapan ini, maka Anda akan mulai mengalami namanya Burnout.


Apa itu Burnout ?

Burnout adalah ketika Anda bekerja lebih keras, kemudian keletihan, dan kemudian tidak mendapatkan cara untuk bekerja dengan lebih smart dan efektif, baik karena tidak sempat berfikir efektif atau tidak ada bantuan dari orang lain, sehingga cara satu-satunya yang tersisa adalah Anda harus bekerja lebih keras lagi untuk menyelesaikannya.

Dan itu terjadi dalam waktu terus menerus.

Berapa lama yang dianggap terus menerus ?

Atau apakah semua orang mengalami burnout ?

Hmm….

Sebenarnya tiap orang mempunyai tingkat burnout yang berbeda-beda.

Ada yang bekerja Overtime selama 3 bulan secara terus menerus akan merasakan burnout, atau ada pula yang setahun bekerja Overtime baru akan merasakan burnout.

Tergantung dari tingkat ketahanan mental, cara komunikasi, kepadatan jadwal deployment, dan juga interaksi antara orang dan tim.

Burnout lebih kepada keletihan mental, disamping keletihan fisik yang terjadi.

Bagaimana cara memulihkan Burnout

Burnout adalah keletihan, dan hanya bisa dipulihkan dengan istirahat, refreshing, liburan, atau menenangkan diri.

Seperti layaknya keletihan fisik, Burnout itu dipulihkan dengan istirahat, bukan dengan menambah obat doping atau obat kuat agar tetap bisa terjaga dengan kondisi yang lemah.

Kalaupun dipaksa untuk tetap bekerja di waktu Burnout, maka bisa jadi orang akan merasa tidak kuat lagi, bisa resign ataupun sering sakit-sakitan.


Apakah Overtime itu salah ?

Di hidup ini sedikit yang benar-benar hitam putih dalam pelaksanaannya. Termasuk didalamnya tentang Overtime.

Overtime lagi-lagi adalah cara yang bisa dipakai untuk mencapai tujuan bersama.

Overtime tentu saja boleh untuk mengejar ketinggalan untuk jadwal yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Akan tetapi Overtime adalah pilihan buruk ketika digunakan untuk dalih produktifitas tim.


Lalu solusinya bagaimana ?

Overtime ini adalah cara, bukan tujuan, sehingga layaknya gunakanlah sebagai cara saja.


Tujuannya : Menyelesaikan sebuah fitur atau deployment

Sehingga kalau mau mencapai tujuannya itu perlu :

  • Perbaiki Mental bekerja Anda.
    Artinya ketika bekerja, maka lakukan pekerjaan dengan mental dan pikiran yang fokus. Ditambah dengan mental semangat, bahagia dan bersyukur.

    Hal ini bagi terkadang menjadi sebuah hal yang tricky ketika disandingkan dengan Overtime dan Work From Home.

    Kita tidak akan merasakan burnout ketika hati dan pikiran kita fokus dan bahagia melakukannya.

    Apalagi kalau ditambahkan kata-kata mutiara dari Friedrich Nietzsche

What doesn’t kill you, makes you stronger

  • Friedrich Nietzsche, filosof abad 19

Tapi ini ada batasnya, dan kalau dilakukan dalam jangka waktu lama, kemungkinan akan terjadi Burnout dan keletihan. Solusinya biasanya akan berbeda kalau anda lakukan dengan bertahap, small step dan konsisten.

  • Perbaiki Cara Management waktu
  • Perbaiki Cara menghitung kapasitas diri dengan pekerjaan, kapasitas tim dengan requirement.
    Perhitungan bekerja 40 jam per minggu itu ada sejarah dan ilmunya. Bisa dilihat di sini Overtime itu merupakan sesuatu yang dulu dihindari karena ada sejarah dan ilmunya.

Referensi

Referensi : Web Scalability For Startup Engineer