Apakah Peter Principle ini berlaku di masa sekarang ?

Masih berlaku , akan tetapi ada beberapa konsepnya yang sudah mulai berkurang di organisasi atau perusahaan.

Kenapa masih berlaku ?

Karena konsepnya ini sebenarnya adalah fakta umum dan sesuatu yang lumrah terjadi. Agak ragu juga menyetujui bahwa ini dianggap sebuah ilmu baru yang begitu waah. The Peter Principle ini lebih kepada hasil pengamatan seorang yang mengaku sebagai ahli hirarki yang diformulasikan dalam sebuah kalimat dan konsep pendukung. Dengan gaya penceritaan yang satire dan pemaparan studi-studi kasus, maka konsep ini menjadi terkenal.

Coba kita lihat !

Kita lihat di perusahaan, banyak terjadi kenaikan jabatan seseorang yang berprestasi ke bidang yang sebelumnya tidak dikuasainya. Alasannya beragam:

  1. Menjaga motivasi karyawan berprestasi agar tidak bosan dengan posisinya yang lama.
  2. Untuk menggali kemampuan terpendam seorang karyawan berprestasi.

Tentunya dengan kompensasi yang lebih tinggi di posisi yang lebih tinggi.

Kompensasi yang lebih tinggi dengan tantangan berupa harus belajar ilmu baru dan target baru, sepertinya merupakan barter yang cukup adil bagi pihak manajemen, HRD dan karyawan.

Bagi karyawan sepertinya juga menguntungkan. Promosi ke posisi baru yang merupakan tambahan insentif baru dengan ilmu yang baru.

Tapi tunggu, kalau begitu hal ini adalah hal wajar yang terjadi di dalam perusahaan kan ? Ya tentu saja. Seperti yang disebutkan di awal artikel ini. Apa yang menjadi riset dari Lawrence J. Peter ini adalah hal yang wajar terjadi di perusahaan manapun, dalam kadar yang berbeda, dan respon terhadap hal tersebut juga berbeda-beda di masing-masing perusahaan atau organisasi.

Lalu kenapa konsepnya sudah mulai berkurang dipakai saat ini ?

Budaya kerja dan konsep manajemen banyak berubah dalam 50 tahun terakhir ini. Tahun ini, sekitar 50 tahun semenjak buku The Peter Principle ini diluncurkan, kita mengenal banyak konsep-konsep manajemen modern, sehingga konsep The Peter Principle ini turut menjadi ketinggalan zaman, dan membuat beberapa kritik terhadapnya.

Apa saja kritiknya ?

  1. Konsep The Peter Principle ini dibuat pada masa tidak banyak pilihan karir yang bisa diambil. Orang cuma punya pilihan bekerja di satu tempat dan kemudian meniti karirnya sesuai dengan hirarki karir yang sudah ada.

Sementara saat sekarang, pilihan karir banyak sekali. Mau jadi karyawan, pindah perusahaan dengan karir yang cocok, bikin startup sendiri, meniti karir spesialis, jualan online dengan hirarki sendiri, menjadi konsultan, dan lain sebagainya sudah menjadi hal biasa.

  1. Konsep The Peter Principle ini dibuat oleh peneliti yang khusus meneliti tentang hirarki perusahan atau organisasi pada tahun 1960 - 1970 an. Akibatnya hampir semua teorinya mengaitkan dengan konsep hirarki tersebut. Dan asumsi yang dijadikan landasan adalah adanya hirarki ini selalu berkaitan dengan perintah, penilaian kompetensi, dan juga gaji.

Sementara saat ini, kita kenal tentang organisasi/perusahaan flat hierarki atau lean organization. Dimana tidak banyak hirarki yang dibuat, tetapi lebih fokus kepada komunikasi dan pembebanan tanggung jawab secara tim. Penilaian kompetensi juga dilakukan oleh kolega sesama anggota tim.

  1. Konsep The Peter Principle ini dibuat dengan asumsi semua orang masih memakai fixed mindset, dimana kegagalan dianggap sebagai hal yang memalukan, tidak menerima saran, tidak mau berkembang, dll.

Sementara saat ini, yang berkembang adalah Growth Mindset, dimana kegagalan masih dihargai sebagai pembelajaran, ingin menerima tantangan, dan menerima saran dari orang lain.

  1. Konsep The Peter Principle ini dibuat dengan asumsi semua orang fokus kepada target dan peraturan perusahaan yang kaku dari pihak manajemen dan tidak memerlukan kreativitas. Didalam buku ini, ini disebut Professional Automatism, dimana hal yang bersifat formalitas lebih penting daripada efektifitas.

Sementara sekarang, perusahaan dan organisasi berkembang dengan cara sedekat mungkin memahami kebutuhan pelanggan. Sehingga muncullah metoda Agile, Design Thinking, Most Viable Product yang berbeda sekali dengan konsep The Peter Principle.

  1. Konsep The Peter Principle ini dibuat dengan mindset yang yang penting adalah hasilnya, bukan proses nya. Selama tidak menyalahi aturan dan ada hasilnya, maka orang ini akan dianggap kompeten. Hal ini masih kita lihat di banyak tempat di saat ini.

Di buku ini, hal tersebut dinamakan Peter Inversion, yaitu konsistensi internal dianggap lebih penting daripada efisiensi. Aturan yang ada harus selau ditaati agar seseorang bisa dianggap kompeten. Maksudnya konsistensi internal diantaranya adalah pekerjaan yang sama dilakukan terus menerus, bersifat formalitas, misalnya mengisi formulir, tanda tangan basah, dll. Walaupun prosesnya lambat dan tidak meningkatkan efisiensi, itu bukan masalah.

Sementara di zaman sekarang, efisiensi menjadi topik utama dalam perusahaan dan organisasi. Bukan cuma hasil yang diinginkan, tetapi proses yang diperbaiki agar hal yang tidak perlu dilakukan atau diukur, bisa dihilangkan. Proses efisiensi ini juga bukan monopoli dari manajemen keatas saja, tapi juga dari manajemen level kebawah.

  1. Konsep The Peter Principle ini dibuat dengan mindset orang hanya bisa naik karir dengan bantuan atasan atau bantuan struktur hirarki yang ada. Dalam konsep ini, aturan yang ada dalam perusahaan dan organisasi adalah pemeran utama dan sangat ketat, sehingga kreativitas akan ditekan. Struktur Hirarki akan tetap dijaga, sehingga promosi jabatan yang akan mengganggu struktur hirarki dianggap mengancam perusahaan atau organisasi.

Sehingga muncul istilah “Super Compentence is objectionable than incompetence”

Artinya : Manajement akan lebih menyukai orang yang tidak kompeten dibidangnya dibandingkan orang yang sangat menguasai dibidangnya.

Kenapa ? karena orang yang super competence ini akan mengganggu struktur hirarki yang ada dengan kecepatan naik karir dan prestasinya. Banyak di struktur hirarki yang akan menjegal prosesnya ini karana ada rasa takut ketika melihat orang di level dibawahnya lebih maju dibandingkan darinya. Ketakutan ini disebut Hypercaninophobia.

Sementara itu, zaman sekarang, agar perusahan menjadi lebih efektif, maka tiap orang diperkerjakan karena kompetensi nya di bidangnya masing-masing. Proses naik jabatannya pun karena proses Meritokrasi.

Meritokrasi : sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan, senioritas, dan sebagainya.

Meritokrasi - Wikipedia