Trend Work From Home (WFH) semenjak Pandemi COVID-19 membuat ekspresi, mimik wajah, intonasi suara, dan gerak tubuh menjadi hilang dalam komunikasi di dalam tim.

Pendahuluan

Era sekarang adalah era modern yang berbeda dengan era-era sebelumnya.

Pekerjaan era sekarang saling terhubung dan membutuhkan kemampuan spesifik yang terintegrasi.

Tidak semua pekerjaan bisa dikerjakan sendiri. Oleh karena itu membentuk sebuah tim yang solid merupakan keniscayaan di zaman sekarang ini.

Tim yang solid dan bagus pastinya akan memberikan performansi yang bagus juga bagi perusahaan atau organisasi dimana tim itu berada.

Idealnya sih begitu. Tim itu solid. Tetapi seringkali yang kita dapati adalah tim yang kurang solid atau malah tidak solid, karena banyak nilai yang mengikat sebuah tim menjadi longgar dan hilang. Salah satunya adalah nilai TRUST

Bagaimana dengan kondisi sekarang ?

Tren sekarang adalah tren digitalisasi, apalagi di tahun-tahun belakangan ini. Dan juga tren bekerja dari rumah (Work From Home) yang menjadi budaya baru semenjak pandemi COVID-19 melanda dunia.

Tim yang dulu bekerja secara tatap muka langsung, sekarang dipaksa bekerja dengan perantaraan alat komunikasi daring/virtual.

Ekspresi, mimik wajah, intonasi suara, dan gerak tubuh sekarang menjadi sesuatu yang hilang dalam komunikasi di dalam tim.

Dengan keterbatasan seperti itu, maka tim akan cenderung mengalami kekurangan informasi, kesalahpahaman, kekurang disiplinan, dan ketidak jujuran. Dalam istilah kerennya, potensi berkurangnya TRUST didalam tim menjadi bertambah.

Jika TRUST makin lama makin berkurang, maka hal itu bisa menjadi benih-benih keretakan dalam sebuah tim.

Apa sih TRUST itu ?

Trust artinya tingkat rasa percaya seseorang terhadap orang lain.

Trust dalam sebuah tim merupakan nilai utama yang harus tetap dijaga agar sebuah tim tetap solid.

Contohnya ?

Misalnya :

  1. Rasa percaya kalau pekerjaan seseorang di dalam tim sesuai dengan porsinya.
  2. Rasa percaya kalau penghargaan dan teguran/peringatan dilakukan sesuai dengan porsinya.
  3. Rasa percaya bahwa seseorang tidak memanfaatkan tim untuk kepentingan pribadi.
  4. Rasa percaya bahwa aspirasi dan ide seseorang bisa diakomodasi dan dihargai.
  5. Rasa percaya kalau perlakuan yang diterima sesuai dengan porsi dan posisinya.
  6. Bagi leader, manager, head, C-level, direktur, rasa percaya bahwa subordinate nya mampu melakukan tugas yang didelegasikan.

Apakah rasa percaya itu datang dengan sendirinya ?

Bisa jadi, misalnya dengan melihat wajah dan tutur katanya saja, orang bisa langsung percaya.

Atau dengan melihat sikap dan perilakunya saja, orang bisa langsung percaya.

Tetapi rasa percaya karena wajah, tutur kata, dan sikap yang didapat di waktu yang sempit dan sepintas lalu itu bisa jadi menipu dan bisa jadi merupakan sikap kepura-puraan.

Lalu bagaimana dong menilai TRUST itu ?

Di dalam nilai TRUST, ada yang disebut Integritas. Inilah penilaian yang lebih lengkap dan komprehensif terhadap nilai-nilai TRUST. Tanpa integritas, maka TRUST akan hilang dengan sendirinya.

Integritas adalah konsep tentang konsistensi dalam prinsip, tindakan, nilai, metode, ukuran, dan ekspektasi dalam hal-hal yang disepakati.

Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang sesuai antara ucapan, perbuatan, sikap, prinsip, dan ukuran dalam melakukan sesuatu yang disepakati.

Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat dalam perbuatan dan perkataan.

Integritas akan terbukti sejalan dengan waktu. Butuh proses yang lama untuk menunjukkan dan membuktikan integritas seseorang.

Apa contohnya Integritas ?

Kalau kita coba bedah lebih jauh, orang yang berintegritas misalnya :

  1. Sesuai perkataan dan perbuatan. Baik itu berupa janji, laporan, kesimpulan, dan pernyataan.
  2. Menyampaikan informasi dari orang lain dengan lengkap, tanpa ditambah atau dikurangi karena ada tujuan sekadar untuk memanipulasi orang lain.
  3. Tidak dikendalikan oleh orang lain, tetapi oleh prinsip dasar integritasnya sendiri.
  4. Tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Ada tujuan yang harus dicapai, tetapi tetap dengan proses yang benar.
  5. dll

Gagal dalam menjaga integritas, terutama di dalam tim tentunya akan menghasilkan permasalahan TRUST di dalam tim.

Apa akibatnya jika tidak ada TRUST didalam tim ?

Tidak adanya atau kurangnya rasa percaya dalam tim berakibat fatal bagi tim, misalnya :

  1. Saling salah-menyalahkan terhadap hal-hal sepele, apalagi hal-hal besar. Dan juga membuat hal-hal sepele menjadi hal yang besar dan rumit, sehingga produktifitas tim menjadi menurun.
  2. Kurangnya inovasi, karena orang hanya akan bekerja sesuai dengan tugasnya saja tanpa peduli dengan efektifitas dan kebersamaan tim.
  3. Tim mungkin akan lebih bersifat formal dan struktural, bisa jadi berkembang menjadi micromanagemen, sehingga aura kebersamaan menjadi hilang.
  4. Growth Mindset akan jadi hilang, karena tidak yakin bahwa pekerjaannya adalah diakui atau diperlukan oleh tim. Akibatnya pekerjaan menjadi hambar dan juga mungkin tidak challenging lagi.
  5. Munculnya sifat egosentris dan memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi dengan berlindung dibalik kepentingan tim, karena berfikir masing-masing perlu memikirkan keselamatan sendiri-sendiri.
  6. Hal terakhir mungkin adalah seseorang akan resign karena tidak merasa nyaman lagi.

Kesimpulan

Nilai-nilai universal tetap akan dibutuhkan walaupun kita berada di era Milenial, berubah, dan labil ini. Termasuk didalamnya nilai TRUST yang merupakan bahan bakar untuk bekerja dan berusaha di dalam tim.

Salah satu komponen untuk membuat TRUST didalam tim adalah dengan adanya nilai Integritas yang dipunyai oleh anggota tim. Dengan nilai Integritas ini, nilai kejujuran, konsistensi, dan prinsip akan diuji dan akan memperkuat nilai TRUST diantara anggota tim.

Gagal dalam mempertahankan nilai Integritas ini akan menghasilkan banyak masalah di dalam tim yang tentunya harus diselesaikan dengan cara yang arif dan bijaksana antara semua anggota tim.