Pendahuluan

Quid Pro Quo di dalam bahasa latin berarti “sesuatu untuk sesuatu”

Quid Pro Quo secara harfiah adalah pertukaran barang atau jasa, yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lainnya

Kalau dilihat sepintas lalu, maka istilah ini sederhana dan natural bagi semua orang.

Tetapi dalam kenyataannya banyak digunakan untuk menunjukkan tukar guling dengan niat tersirat didalamnya.

Apa saja kasus yang terkait ?

Quid Pro Quo ini terkenal untuk kasus sbb :

  • Hannibal Lecter di film The Silence of the Lambs (1991) mengatakan “Quid Pro Quo” ketika ia diminta untuk membuka pengalamannya mengenai pembunuhan dan kanibalisme.
  • Donald Trump, pada Oktober 2019 yang dituduh melakukan negosiasi “Quid Pro Quo” dengan Pemerintahan Ukraina, untuk kepentingan pemilihan umum.

See.., kedua kasus tersebut adalah mengenai pertukaran sebuah informasi/jasa untuk tujuan tersirat tertentu didalamnya.

Sejarah

Awalnya instilah ini merupakan istilah yang biasa saja.

Quid Pro Quo sebelumnya digunakan di bidang medis di abad ke 16.

Kejadiannya ketika seorang apoteker di apotek menukar obat yang semirip dengan resep obat aslinya dikarenakan obat aslinya tidak tersedia.

Misalnya kita butuh obat Panadol, akan tetapi karena di Apotek tidak ada, maka Apoteker menyarankan menggantinya dengan Sanmol, atau Bodrex.

Mengganti sesuatu dengan sesuatu.

Tetapi kejadian pada waktu itu, ternyata banyak obat penggantinya itu tidak cocok dan bahkan menyebabkan efek samping yang mengganggu pemakainya.

Lalu kenapa istilah ini diangkat ?

Istilah ini menjadi terkenal ketika dikaitkan dengan kekuasaan, otoritas dan hubungan antara manusia.

Seperti contoh yang kita tampilkan di pendahuluan diatas.

Misalnya :

  • Ketika berhubungan dengan pengurusan birokrasi.
  • Ketika berurusan dengan hal bersifat otoritas, misalnya izin, keputusan, kesediaan orang, approval, dll.
  • Ketika berhadapan dengan informasi rahasia, pribadi, atau data penting.
  • Ketika banyak kepentingan di dalam sebuah tim dalam perusahaan.
  • Ketika kepentingan pribadi bertentangan dengan kepentingan kelompok/orang lain.
  • Politik yang terjadi dalam perusahaan.
  • atau juga politik kekuasaan dan hubungan antar negara.

Contoh :

  • Pengusaha yang memberikan dana kepada pejabat negara agar nanti perusahaannya bisa mendapatkan kontrak kerja atau proyek.
  • Beberapa orang memberikan hadiah kepada pengisi kuisioner terhadap data/pendapat pribadi.
  • Seorang youtuber membantu mempromosikan channel youtube orang lain dengan timbal balik dia juga menjadi sponsor.
  • Negosiasi antara 2 tim didalam sebuah perusahaan dalam menyelesaikan tujuan masing-masing.
  • Berbagi kursi dan posisi kepada teman dan pendukung ketika berhasil mencapai kekuasaan.
  • Memberikan suap kepada petugas/penguji.
  • Dalam kasus whistle blower (pelapor pelanggaran).
  • Di dalam beberapa film kita melihat, seorang narapidana di bebaskan kalau dia membeberkan rahasia kejahatannya.

Kebanyakan Quid Pro Quo adalah dalam bentuk negosiasi yang dianggap saling menguntungkan.

Tidak mesti harus disepakati dari awal dengan tulisan hitam di atas putih yang bisa dilihat oleh semua orang.

Jadi, Quid Pro Quo lebih kepada kesepakatan informal antara 2 pihak agar kepentingan masing-masing tersalurkan/tercapai.

Dari daftar diatas, kita bisa melihat bahwa Quid Pro Quo bisa bernada positif dan juga bernada negatif.


Apakah Quid Pro Quo ini wajar ?

Seperti yang dijelaskan diatas, secara umum Quid Pro Quo ini adalah hal yang wajar.

Menukar sesuatu dengan sesuatu adalah hal yang wajar.

Akan tetapi tidak semuanya menjadi wajar.

Misalnya :

  • Pengusaha yang memberikan dana kepada pejabat negara agar mendapat kontrak kerja atau proyek, bisakah disebut wajar ?
  • Memberikan suap kepada petugas/penguji, apakah dianggap wajar juga ?
  • Memanfaatkan posisi di perusahaan, lingkungan, atau negara untuk kepentingan dan tujuan pribadi, apakah bisa dianggap wajar ?
  • Berbagai kursi dan posisi kepada teman tanpa memandang kemampuannya, apakah juga wajar ?

Kalau Anda pengusaha atau terbiasa dengan kasus seperti itu, mungkin akan cenderung mengatakan wajar.

Thats how the world is work.

Begitulah cara dunia ini bekerja.

Tapi ketika Anda mengenal Etika dan Norma, maka Anda akan tahu bahwa hidup ini bukan cuma masalah cuan dan keuntungan pribadi semata.

Ada komponen trust, hubungan antar manusia, kehidupan nanti, keberlangsungan hidup orang lain, dll yang Anda ketahui merupakan efek dari keputusan dalam melakukan Quid Pro Quo ini.

Yang pasti, Etika dan Norma mengatur banyak hal mengenai hal ini, karena untuk itulah Ilmu Etika dan Norma ini dibuat.

Jadi apakah kita tidak boleh melakukan Quid Pro Quo ?

Kalau saja Quid Pro Quo ini dimaknai sebagai “sesuatu untuk sesuatu” saja, tanpa ada niat tersembunyi, tentu saja boleh, apalagi untuk Quid Pro Quo yang positif.

Tetapi dalam kenyataannya, Quid Pro Quo ini selalu diidentikkan dengan hal negatif, korupsi, manipulasi, kolusi, dsb.

Oleh karena itu, ada syarat-syarat nya agar sebuah Quid Pro Quo ini bisa diaggap positif, ketika:

  • Bukan diniatkan dan bersepakat untuk sesuatu yang buruk.
  • Tidak memanfaatkan posisi dan kekuasaan untuk kepentingan pribadi.
  • Tidak bersembunyi dibalik kepentingan golongan, padahal di dalamnya adalah kepentingan pribadi.
  • Tidak mengambil hak orang lain dan masyarakat banyak.
  • Tidak dengan cara suap, korupsi, kolusi, dan nepotisme.
  • Tidak bertentangan dengan norma sosial dan Agama.

Terdengar nya seperti hal yang klise. Akan tetapi memang begitulah seharusnya.

Thats its.!