Pendahuluan

Growth Mindset merupakan salah satu istilah yang cukup terkenal belakangan ini.

Terutama dikaitkan dengan proses, pencapaian, dan kegagalan.


Sejarah

Ok, sekarang coba kita lihat asal muasal-nya instilah ini diperkenalkan..

Istilah Growth Mindset ini diperkenalkan di buku Mindset : The New Psychology of Success yang dikarang oleh Carol Dweck, yang diterbitkan tahun 2007.

Carol Dweck adalah seorang ahli psikologi di Stanford University.

Ibu ini melakukan riset mengenai pencapaian dan kesuksesan.

Penelitian awalnya adalah terhadap pencapaian dan kesuksesan belajar dari siswa di sekolah.

Penelitiannya menyimpulkan bahwa Mindset seorang siswa sangat mempengaruhi motivasi mereka dan pencapaian belajar mereka.

Mindset di dalam penelitian Carol Dweck ini artinya bagaimana seseorang seseorang siswa menganggap kemampuan mereka. Apakah siswa tersebut menganggap diri mereka bodoh, pintar, atau tidak berbakat terhadap sebuah mata pelajaran, dll.

Mindset dari siswa tersebut ada 2 :

  • Fixed Mindset, yaitu menganggap bahwa kemampuan dan kecerdasan bersifat tetap, sehingga kalau mereka jelek di pelajaran matematika, maka mereka merasa tidak punya kemampuan untuk belajar Matematika lebih lanjut, dan menyerah begitu saja. Atau kalau mereka bagus di Matematika, mereka tidak mau lagi menggali dan belajar lagi lebih dalam, karena sudah puas dengan pencapaiannya tadi.

  • Growth Mindset, yaitu menganggap bahwa kemampuan dan kecerdasan bersifat bisa ditingkatkan, sehingga kalau mereka jelek di pelajaran Matematika, mereka akan coba mengecek apa yang tidak mereka mengerti, belajar lagi sampai bisa.

Yang bisa dilihat dari 2 tipe siswa tersebut adalah :

  • Siswa dengan Fixed Mindset, akan cepat putus asa ketika menemui permasalahan, walaupun dalam bentuk hambatan kecil saja.
  • Siswa dengan Growth Mindset, biasanya akan cepat menemukan cara memperbaiki permasalahan ketika mereka menemui jalan buntu.

Berdasarkan kenyataan ini, Carol Dweck dan teman-temannya mencoba membuat percobaan untuk menunjang penelitiannya dengan menambahkan program sesi tertentu untuk mengubah mindset dari beberapa siswa tersebut.

Hasilnya, siswa yang mempunyai mindset Growth Mindset dan meyakini bahwa kecerdasan dan kemampuan bisa berkembang, mempunyai pencapaian yang lebih baik daripada yang mempunyai mindset Fixed Mindset.

Hasil percobaan selanjutnya juga menyimpulkan bahwa siswa yang lebih fokus kepada proses belajar (seperti sifat kerja keras dan juga mencoba cara baru dalam belajar), akan mendapatkan keuntungan dari mindset Growth Mindset ini.


Jadi apa itu Growth Mindset ?

Growth Mindset merupakan persepsi seseorang mengenai kecerdasan dan kemampuan yang bisa berkembang dengan kerja keras, strategy yang bagus, dan bantuan/input dari orang lain.

Growth Mindset ini awalnya dimunculkan untuk mengatasi masalah Achievement Gap atau kesenjangan pencapaian.

Dalam penelitian Carol Dweck diatas, yang dijadikan patokan adalah pencapaian belajar atau nilai belajar dari siswa.

Karena menyangkut Achievement Gap, maka konsep Growth Mindset ini juga terkadang dijadikan patokan dalam mengatasi masalah kesenjangan pencapaian antara individu yang ada di perusahaan atau organisasi.

Atau juga kadang disangkut pautkan dengan pencapaian seseorang yang dahulunya dianggap tidak mampu, lalu dengan kerja-keras, strategi yang bagus, dan input/bantuan dari orang lain, akhirnya menjadi berhasil.

Growth Mindset ini berfokus kepada mindset menyelesaikan hambatan yang terjadi di dalam mengerjakan sebuah tugas/usaha/pekerjaan.

Ada 3 faktor yang menjadi poin utama dari konsep Growth Mindset ini ketika menghadapi masalah :

  • Effort atau usaha serta kerja keras.
  • Keinginan untuk mencoba dengan cara/strategi yang baru.
  • Mendapatkan input/bantuan dari orang lain.

Ketiga poin diatas dianggap sebagai resep bagi seseorang yang berpikiran Growth Mindset


Tapi hal diatas sebenarnya biasa saja kan ?

Iya, sebenarnya hal diatas adalah hal yang biasa saja.

Kebanyakan orang juga akan melakukan hal yang sama ketika terjadi masalah pada dirinya.

Tetapi.. wait.

Ada kalanya kita akan berperilaku seperti itu, ada kalanya tidak.

Contoh :


===> Contoh 1

Seorang Software Engineer memiliki keraguan dalam mengenai logic bisnis dari code yang ada di program aplikasinya.

Tidak ada yang bisa dimintai tolong untuk bertanya kepada tim bisnis, karena misalnya beberapa orang penting terkait tim ini resign dari perusahaan.

Biasanya hal ini ditanyakan melalui perantaraan Scrum Master, Product Owner, atau Solution Arsitek yang ada di tim tersebut.

Akan tetapi karena beberapa dari mereka resign, maka tidak ada yang bisa dijadikan perantara lagi.

Dengan Growth Mindset, maka Software Engineer bisa mencoba cara baru, dengan cara menghubungi langsung ke tim bisnis nya.

Atau bisa jadi dengan melakukan pendekatan bantuan dari leader, manager atau tim lain yang mempunyai masalah dan proses bisnis yang serupa.

Beda halnya dengan orang yang mempunyai Fixed Mindset, maka Software Engineer ini bisa jadi membiarkan saja hal ini berlarut, mendiamkan dan menganggap tidak mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan tim bisnis.

Menunggu saja nanti feedback dari tim bisnis terhadap logic code program yang mungkin saja salah waktu didemokan nantinya.



===> Contoh 2

Ketika menemui sebuah permasalahan di dalam sebuah tim, misalnya anggota tim Junior ketika diminta untuk mengambil tugas yang sulit, tetapi merasa tidak mampu mengambil tugas-tugas yang sulit.

Hal ini wajar karena belum tentu tugas-tugas sulit itu bisa diselesaikan, apalagi anggota tim ini adalah anggota tim Junior.

Dan ketakutan apakah ada jaminan dari anggota tim lainnya untuk membantu ?

Dan apakah kalau saya gagal, apakah saya akan dicap tidak mempunyai kompetensi seperti yang diharapkan ?

Bagaimana persepsi orang ketika saya gagal dalam menyelesaikan tugas diatas ?

Dengan Growth Mindset, maka anggota tim Junior ini akan mengganggap tugas tersebut adalah tantangan, bukan beban.

Mengambil tugas tersebut adalah sebuah kesempatan untuk bisa berkembang, belajar, dan mengasah diri agar lebih terampil dalam menghadapi tugas-tugas yang sulit.

Kalau gagal ?

Kalau gagal, maka anggaplah itu sebagai pembelajaran ? hargai prosesnya , dan evaluasi apa yang salah dari proses tersebut.

Kalau mentok ? ya tinggal minta bantuan Senior anda, atau orang lain yang bisa membantu Anda.


Dalam realitanya, kita tidak akan selalu mengambil pilihan yang Growth Mindset saja.

Fixed Mindset dan Growth Mindset merupakan dua persepsi yang bisa saja berada di dalam pikiran kita untuk dua hal yang berbeda.

Misalnya untuk hal pertama hal kita masih melakukan pendekatan Fixed Mindset, sementara hal kedua kita menggunakan pendekatan Growth Mindset.

Hal ini karena sifat persepsi yang memang dinamis.

Apabila kita lihat 2 kasus diatas dan kasus penelitian Carol Dweck diatas, maka ada 2 faktor pendukung lainnya juga yang mesti ada agar masalah Achievement Gap bisa teratasi, yaitu :

  • support system yang berada di lingkungan individu tersebut.
  • proses belajar yang dilakukan secara bertahap dan dievaluasi.

Kita lanjut ke part 2

Referensi :

https://www.edweek.org/leadership/opinion-carol-dweck-revisits-the-growth-mindset/2015/09