Pendahuluan

Otonomi Tim..

Kedengarannya kereen.. dan kekinian..

Sebuah Tim dikasih otonomi untuk melakukan sesuatu. dan tiba-tiba sebuah produk dihasilkan.

Pihak management pun bangga, dan tim dianggap bisa berjalan sendiri.

Tanpa banyak ada drama di dalamnya.

Cukup meeting Sprint Planning 10 menit, dan masing-masing orang siap dalam melaksanakan task nya dalam Sprint kali ini.

Cukup dengan pendelegasian tugas kepada si A, si B, si C, dll.

Mudah sekali.

Daily Scrum Meeting pun hanya berisi updatean pekerjaan kemarin, dan progress kerjaan saja.

Sprint Retrospective pun tidak ada yang komplain dan semuanya sepertinya baik-baik saja.

Semua orang sepertinya merasa tidak ada yang perlu diperbaiki di tim ini.

Semua meeting dirasa cepat sekali dan semua orang dianggap mengerti mengenai pekerjaannya masing-masing.

Jarang terlihat pertanyaan kritis, dan juga uneg-uneg aneh dari anggota tim, apalagi ide-ide baru dan inovatif.

Yang penting semua bekerja sesuai porsinya masing-masing.

Tiket-tiket yang sudah selesai nati akan dites oleh QA, diclose tiketnya oleh QA dan User.

Begitu indahnya, dan begitu Sunyi nya.

Iya, begitu Sunyi nya, padahal kita berbicara mengenai sekelompok orang.


Ada yang aneh ?

Tentu saja !!!.

Kalau mau lebih jeli, Anda akan melihat ada masalah di tim ini.

Yaitu Konektivitas dan Komunikasi. (klik di linknya kalau mau lebih tau detail kasusnya).

Sebuah Tim adalah kumpulan Individu yang bekerjasama bukan cuma bekerja bersama.

Bukan cuma sekumpulan individu yang bekerja dan duduk di tempat yang sama untuk mengerjakan pekerjaan yang berbeda.

Ada porsi percakapan, persepsi, diskusi, emosi, dan juga interaksi diantara mereka.

Ada juga inovasi, sharing, saling bersinergi, dan bertukar ide-ide baru maupun lama.

Inilah yang disebut sebagai komunikasi.


Lho emang ada yang salah dengan kasus Tim diatas ?

Salah tidak, tapi aneh iya !

Otonomi memang sangat diperlukan dalam sebuah Tim.

Tapi tanpa mengorbankan konektivitas dan komunikasi.

Mendelegasikan pekerjaan kepada seseorang tanpa melakukan diskusi dan sosialiasi, artinya Anda percaya dengan orang lain tapi tidak melakukan konektivitas dengan orang lain.

Sprint Planning cuma 10 menit tanpa diskusi dan pertanyaan teknis, artinya Anda percaya dengan kemampuan tim, tetapi Anda tidak menggali mastery atau keahlian dan persepsi dari tim Anda untuk fitur yang mau direlease.

Atau bisa jadi tugas yang dimunculkan bukan lah tugas yang cukup pantas dianggap sebagai tugas bersama sebuah tim.

Tetapi tugas individual saja. Sehingga tidak dibutuhkan komunikasi.

Ingat, di dalam sebuah tim, selalu akan dibutuhkan :

  • Kebebasan/Otonomi, yaitu kebebasan bertindak dan memilih berdasarkan pilihan.
  • Konektifitas, atau keterhubungan antara anggota di dalam tim atau dengan tim lain.
  • Pertumbuhan, baik secara personal maupun secara personal. Baik melalui tantangan atau pembelajaran.

Konektivitas dan komunikasi yang kurang dalam sebuah tim bisa mengakibatkan kurangnya transparansi dalam Tim.

Tanpa transparansi, maka tujuan dari tim dan organisasi/perusahaan tidak bisa tercapai sesuai dengan keadaan sebenarnya atau tujuan awalnya.

Ada juga kalanya orang merasa bahwa persoalan tim adalah persoalan yang berbeda dengan pekerjaan individu, ketika konektivitas dan komunikasi tidak terjalin dengan baik.

Orang merasa hanya bagian dari organisasi, tetapi tidak memiliki Ownership yang kuat didalamnya.

Bisa jadi karena orang merasa tidak nyaman untuk mengutarakan sesuatu yang semestinya diperbaiki di tim, karena kurangnya komunikasi.

Atau orang merasa tidak berkepentingan dan atau tidak didengar ketika mau berbicara mengenai kritik, karena komunikasi yang tidak dibangun secara intensif diantara anggota tim.

Atau juga memakai pola komunikasi yang tidak mengakomodasi keluh kesah, kritik, dan juga uneg-uneg dari anggota Tim.

Atau sebenarnya orang-orang di dalam tim tidak mengetahui bahwasanya mereka tidak memiliki Mindset mengenai komunikasi di dalam Tim secara bagus.


Lho kalau timnya baik-baik saja, kenapa Anda sewot ?

Ok..ok, kita coba bedah satu persatu.

Masalah di dalam Tim itu banya, bukan hanya masalah mendeliver value kepada Stock holder atau pemangku kepentingan.

Misalnya permasalahan Tim , antara lain :

  • Menentukan prioritas dan kapasitas tim.
  • Bagaimana membuat cara kerja tim yang efektif dan efisien.
  • Membuat banyak orang dalam sebuah Tim saling mengerti satu sama lain.
  • Kalau ada yang anggota tim yang berhalangan, bisa dibackup oleh anggota yang lain dari tim tersebut.
  • Membuat anggota tim saling percaya dalam tim. Dibahas di Team Trust
  • Mendistribusikan pekerjaan dan juga pengetahuan ke semua anggota Tim. Dikulik di Team Sharing
  • Kolaborasi dengan tim lain diluar tim sendiri.
  • Membuat ownership di dalam tim menjadi kuat.

Kesemua hal diatas tidak akan bisa dicapai tanpa 3 hal diatas :

  • Kebebasan/Otonomi, yaitu kebebasan bertindak dan memilih berdasarkan analisa dan kesepakatan.
  • Konektifitas, atau keterhubungan antara anggota di dalam tim atau dengan tim lain.
  • Pertumbuhan, baik secara personal maupun secara personal. Baik melalui tantangan atau pembelajaran.

Lagi-lagi bukan Otonomi dari tim saja yang diperlukan, akan tetapi Komunikasi, dan juga Pertumbuhan yang menjadi perekat agar anggota-anggota tim merasa satu tujuan, berguna, dan bertumbuh bersama di dalam tim.